Pemuda Islam

Di Pundak mu Pemuda
Pemuda , sebuah kata yang mendefinisikan perubahan, agen of changes.
Sebagian orang percaya bahwa hanya ditangan pemuda kejayaan dapat bermula, hanya pemuda yang yg pundaknya paling kuat sebagai penopang  utama perubahan bangsa, pemuda lah yg menjadi tolak ukur masa depan dan harga diri bangsa.
Saat ini masihkah ada kepercayaan  bahwa ditangan pemuda generasi akan dibangun, ditangan pemudalah sebuah cahaya peradaban baru akan muncul? Jika kita berbicara tentang tanah air, tentang titik perubahan yg diharap – harapkan kepada pemuda maka lihatlah, lihatlah refleksi diri kita. Masih pantaskah kita disebut sebagi agen perubahan jika tanggung jawab yang paling sederhana saja kita abaikan. Katakanlah kuliah, apakah saat ini kita telah menjunjung tinggi intregitas dan lebih mengutamakan proses daripada hasil? Tak usahlah lantang berteriak – teriak “bunuh saja koruptor!” jika kita sendiri saja masih curang (kong kaling kong) pada saat ujian, tak pantas lah kita ‘sok’ dengan turun ke jalan lantang meneriaknan “turunkan harga BBM!” jika kita masih titp absen saat demo tolak kenaikan BBM, tak perlulah sibuk mengkritk DPR yg asal – asalan membuat peraturan perundangan, jika kita saja membuat laporan hanya modal Wikipedia semalaman.


Ada apa dengan negeri ini? Kenapa banyak pemuda yg sok menyatakan keadilan, sok mengkritik elit – elit politik negeri ? sementara itu dimana kita saat saudara – saudara muslim Rohingya membutuhkan uluran tangan, diusir dari tanah air nya sendiri tidak diakui sebagai warga di negaranya atas nama Agama dan etnik? Apakah kita lagi – lagi hanya bertirak tentang keadilan, tentang kemanusiaan? Mengutuki pemimpin – pemimpin negeri myanmar dengan lidah kita? Sadarlah kawan,, dunia tidak akan berubah dengan sekedar koar – koar belaka, kita butuh aksi!
Indonesia emas 2045. Tiga dekade kedepan. Siapakah yang akan memimpin negeri ini? Jika itu pemuda maka bukankag itu kita... kita yang tiga puluh tahun kedepan akan diamanahi estafet kepemimpinan bangsa...? Lalu bagimana potret pemuda saat ini yg diharap harapkan menjadi pemimpin bangsa, saya rasa yg terlihat hanyalah degradasi moral yang semakin merosot, perlu bukti?
Kita ambil contoh kasus yg murni dilakukan oleh para pemuda, yaitu tawuran pelajar. Data di Jakarta misalnya (Bimmas Polri Metro Jaya), tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat sampai tiga perkelahian di tiga tempat sekaligus. (sumber:http://www.kpai.go.id/artikel/tawuran-pelajar-memprihatinkan-dunia-pendidikan/ ).
Tawuran hanyalah salah satu dari banyak contoh kasus, masih ada pemerkosaan, distribusi dan pemakaian narkotika, vandalisme, minuman keras dan lainya secara umum terjadi pada usia muda median yaitu antara remaja – 20 tahun. Sedngkan kejahatan pribadi seperti seperti penyerangan serius dan pembunuhan cenderung terjadi pada distribusi usia “tua” (usia median adalah menjelang 30 tahun); sebagaimana gangguan ketertiban umum seperti mabuk di depan umum dan mengemudi di bawah pengaruh alkohol; dan tindak kriminal tertentu yang sukar dilakukan oleh para remaja seperti pencurian (penggelapan dan penipuan) dan perjudian (usia median adalah menjelang atau sekitar 30 tahun). Data ini bukan hanya isapan jempol belaka... melainkan data yang dilaporkan dalam program Uniform Crime Reports (UCR) FBI. Astagfirullah
Lalu apa yang membuat pemuda terdahulu dapat membawa negerinya pada masa kejayaan? Masa emas? Tengoklah sejarah.. lihatlah Muhammad Al Fatih, pemuda yg telah diramalkan melalui bisyarah Rasulullah untuk menaklukan kontantinopel, negeri nasrhani terbesar pada zamanya pada usia 21 tahun. Solahuddin Ayyubi yang mematahkan serangan Tentara Salib dan merebut kembali kota jerusalem yg telah 88 tahun dikuasai orang orang nasrhani. Kita semua telah diberi pelajaran berharga oleh Allah SWT, melalui kisah panglima perang ini. Apa yg membuat mereka begitu kokoh..?
Ketika saya mendengar salah satu acara diskusi di acara televisi nasional, salah seorang narasumber mengatakan belajar dengan matia – matian, Mendapat IP tinggi dan lulus cepat dengan predikat cumlaude hanya akan memberikan sumbangsih 20% terhadap kesuksesan dmasa depan. Lainya akan ditentukan oleh sifat sifat seperti kejujuran, karakter, motivasi, ilmu komunikasi, team work dl yg semua itu drangkum oleh satu kata yiatu akhlak. Lalu bagaimana tolak ukur akhlak yg baik? Ketika berbicara tentang akhlak, suapakah yg lebih baik akhlakyna daripada Rasullullah. Ingat kan? Hadist Aisyah yg mengatakan bahwa akhlak Rasull adalah Al Qur’an.
But, disini kita akan mengambil hikmah dari sejarah orang yg dapat menjadi panglima perang dan menaklukan musuh dalam usia yg sangat muda.. yah... muhammad Al Faatih dan Salahudin Al Ayubi.
Firts, Muhammad Al Fatih. Bagaimanakah kualitas keimanan beliau?  Sejak kecil sultan mehmed II ini telah dirancang oelh orang tuanya untuk dijadikan pemimpin besar. Pada usia 8 tahundia sudah hafal Al Qur’an.

“Masa muda penuh karya untukMu Tuhan yang aku persembahkan sebagai insan beriman
Mupung muda ku tak berhenti menatap cita menju negeri surga yang ku nanti disana”
Edcoustic, Masa Muda.

Pemuda Islam

Di Pundak mu Pemuda
Pemuda , sebuah kata yang mendefinisikan perubahan, agen of changes.
Sebagian orang percaya bahwa hanya ditangan pemuda kejayaan dapat bermula, hanya pemuda yang yg pundaknya paling kuat sebagai penopang  utama perubahan bangsa, pemuda lah yg menjadi tolak ukur masa depan dan harga diri bangsa.
Saat ini masihkah ada kepercayaan  bahwa ditangan pemuda generasi akan dibangun, ditangan pemudalah sebuah cahaya peradaban baru akan muncul? Jika kita berbicara tentang tanah air, tentang titik perubahan yg diharap – harapkan kepada pemuda maka lihatlah, lihatlah refleksi diri kita. Masih pantaskah kita disebut sebagi agen perubahan jika tanggung jawab yang paling sederhana saja kita abaikan. Katakanlah kuliah, apakah saat ini kita telah menjunjung tinggi intregitas dan lebih mengutamakan proses daripada hasil? Tak usahlah lantang berteriak – teriak “bunuh saja koruptor!” jika kita sendiri saja masih curang (kong kaling kong) pada saat ujian, tak pantas lah kita ‘sok’ dengan turun ke jalan lantang meneriaknan “turunkan harga BBM!” jika kita masih titp absen saat demo tolak kenaikan BBM, tak perlulah sibuk mengkritk DPR yg asal – asalan membuat peraturan perundangan, jika kita saja membuat laporan hanya modal Wikipedia semalaman.


Ada apa dengan negeri ini? Kenapa banyak pemuda yg sok menyatakan keadilan, sok mengkritik elit – elit politik negeri ? sementara itu dimana kita saat saudara – saudara muslim Rohingya membutuhkan uluran tangan, diusir dari tanah air nya sendiri tidak diakui sebagai warga di negaranya atas nama Agama dan etnik? Apakah kita lagi – lagi hanya bertirak tentang keadilan, tentang kemanusiaan? Mengutuki pemimpin – pemimpin negeri myanmar dengan lidah kita? Sadarlah kawan,, dunia tidak akan berubah dengan sekedar koar – koar belaka, kita butuh aksi!
Indonesia emas 2045. Tiga dekade kedepan. Siapakah yang akan memimpin negeri ini? Jika itu pemuda maka bukankag itu kita... kita yang tiga puluh tahun kedepan akan diamanahi estafet kepemimpinan bangsa...? Lalu bagimana potret pemuda saat ini yg diharap harapkan menjadi pemimpin bangsa, saya rasa yg terlihat hanyalah degradasi moral yang semakin merosot, perlu bukti?
Kita ambil contoh kasus yg murni dilakukan oleh para pemuda, yaitu tawuran pelajar. Data di Jakarta misalnya (Bimmas Polri Metro Jaya), tahun 1992 tercatat 157 kasus perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998 ada 230 kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat dari tahun ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Bahkan sering tercatat dalam satu hari terdapat sampai tiga perkelahian di tiga tempat sekaligus. (sumber:http://www.kpai.go.id/artikel/tawuran-pelajar-memprihatinkan-dunia-pendidikan/ ).
Tawuran hanyalah salah satu dari banyak contoh kasus, masih ada pemerkosaan, distribusi dan pemakaian narkotika, vandalisme, minuman keras dan lainya secara umum terjadi pada usia muda median yaitu antara remaja – 20 tahun. Sedngkan kejahatan pribadi seperti seperti penyerangan serius dan pembunuhan cenderung terjadi pada distribusi usia “tua” (usia median adalah menjelang 30 tahun); sebagaimana gangguan ketertiban umum seperti mabuk di depan umum dan mengemudi di bawah pengaruh alkohol; dan tindak kriminal tertentu yang sukar dilakukan oleh para remaja seperti pencurian (penggelapan dan penipuan) dan perjudian (usia median adalah menjelang atau sekitar 30 tahun). Data ini bukan hanya isapan jempol belaka... melainkan data yang dilaporkan dalam program Uniform Crime Reports (UCR) FBI. Astagfirullah
Lalu apa yang membuat pemuda terdahulu dapat membawa negerinya pada masa kejayaan? Masa emas? Tengoklah sejarah.. lihatlah Muhammad Al Fatih, pemuda yg telah diramalkan melalui bisyarah Rasulullah untuk menaklukan kontantinopel, negeri nasrhani terbesar pada zamanya pada usia 21 tahun. Solahuddin Ayyubi yang mematahkan serangan Tentara Salib dan merebut kembali kota jerusalem yg telah 88 tahun dikuasai orang orang nasrhani. Kita semua telah diberi pelajaran berharga oleh Allah SWT, melalui kisah panglima perang ini. Apa yg membuat mereka begitu kokoh..?
Ketika saya mendengar salah satu acara diskusi di acara televisi nasional, salah seorang narasumber mengatakan belajar dengan matia – matian, Mendapat IP tinggi dan lulus cepat dengan predikat cumlaude hanya akan memberikan sumbangsih 20% terhadap kesuksesan dmasa depan. Lainya akan ditentukan oleh sifat sifat seperti kejujuran, karakter, motivasi, ilmu komunikasi, team work dl yg semua itu drangkum oleh satu kata yiatu akhlak. Lalu bagaimana tolak ukur akhlak yg baik? Ketika berbicara tentang akhlak, suapakah yg lebih baik akhlakyna daripada Rasullullah. Ingat kan? Hadist Aisyah yg mengatakan bahwa akhlak Rasull adalah Al Qur’an.
But, disini kita akan mengambil hikmah dari sejarah orang yg dapat menjadi panglima perang dan menaklukan musuh dalam usia yg sangat muda.. yah... muhammad Al Faatih dan Salahudin Al Ayubi.
Firts, Muhammad Al Fatih. Bagaimanakah kualitas keimanan beliau?  Sejak kecil sultan mehmed II ini telah dirancang oelh orang tuanya untuk dijadikan pemimpin besar. Pada usia 8 tahundia sudah hafal Al Qur’an.

“Masa muda penuh karya untukMu Tuhan yang aku persembahkan sebagai insan beriman
Mupung muda ku tak berhenti menatap cita menju negeri surga yang ku nanti disana”
Edcoustic, Masa Muda.